Bismillahirrahmaanirrahiim…
Pernahkan membayangkan ketika kata maaf sudah
terlambat, ketika maaf itu menjadi tak berarti sama sekali? Kisah seorang ayah
yang memukuli tangan anaknya hingga akhirnya harus dipotong, adalah contoh
nyata. Maaf dari sang ayah sudah terlambat, dam semuanya sudah terjadi. Dan
seumur hidup putrid semata wayangnya itu tak akan pernah merasakan nikmatnya
memiliki telapak tangan.
Ada lagi kata maaf yang terlambat dan berakibat
fatal. Rasulullah SAW., menjelaskan dalam sebuah hadis yang kemudian diubah
menjadi puisi oleh Taufik Ismail.
“bersedekahlah, dan jangan tunggu satu hari nanti di
saat engkau ingin bersedekah tetapi orang miskin menolaknya dan mengatakan :
kami tak butuh uangmu, yang kami butuhkan adalah darahmu.”
Kata maaf yang terlambat bias berakibat sangat
fatal. Pertaruhannnya adalah nyawa kita satu-satunya. Dan saat itu terjadi,
betul-betul penyesalan yang muncul dan tak ada harapan untuk memperbaikinya.
Maka kita patut camkan hal ini.
Ketika kita sudah menomorsatukan diri di atas
apapun. Saat kita sudah tidak pernah memperhatikan sekeliling kita, kecuali
diri kita sendiri. Ketika kita kenyang sementara tetangga sebelah kita
kelaparan. Ketika kita enek-enekan liburang sementara tetangga kampung meringis
kesakitan karena sakit yang tak kunjung sembuh. Ketika harta kita melimpah
sementara saudara-saudara kita banyak yang kekurangan dan mengalami kesulitan
hidup. Maka tunggulah waktunya. Tunggulah saat ketika kita tersadar dah hendak
menolong mereka, namun mereka terlanjur sakit hati dan justru membalas dendam
karena terlalu lama disakiti. Bukan hanya itu, kita juga akan dituntut di
akhirat karena tak memperhatikan kesulitan saudara kita, hanya mementingkan
kepentingan diri sendiri, seakan-akan yang lain menjadi tak berarti.
Jangan tunggu semua terlambat. Jangan tunggu Allah
murka. Sayangilah saudara-saudara kita, sagar kita disayang Allah. Wallahu
a’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar